Revolusi Industri
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Revolusi
Industri adalah
perubahan teknologi, sosioekonomi, dan budaya pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 yang terjadi dengan penggantian
ekonomi yang berdasarkan pekerja menjadi yang didominasi oleh industri dan
diproduksi mesin. Revolusi ini dimulai di Inggris dengan perkenalan mesin uap (dengan menggunakan batu bara sebagai bahan bakar) dan ditenagai oleh
mesin (terutama dalam produksi tekstil). Perkembangan
peralatan
mesin logam-keseluruhan pada dua dekade pertama dari abad ke-19
membuat produk mesin produksi untuk digunakan di industri lainnya.
Awal mula
Revolusi Industri tidak jelas tetapi T.S.
Ashton menulisnya kira-kira 1760-1830. Tidak ada titik pemisah
dengan Revolusi
Industri II pada sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan
ekonomi mendapatkan momentum dengan perkembangan kapal
tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir abad tersebut
perkembangan mesin
bakar dalam dan perkembangan pembangkit tenaga listrik
Faktor yang
melatarbelakangi terjadinya Revolusi Industri adalah terjadinya revolusi ilmu
pengetahuan pada abad ke 16 dengan munculnya para ilmuwan seperti Francis Bacon, Rene Decartes, Galileo
Galilei serta adanya
pengembangan riset dan penelitian dengan pendirian lembaga riset seperti The Royal Improving Knowledge, The Royal Society of England, dan The French Academy of Science. Adapula
faktor dari dalam seperti ketahanan politik dalam negeri, perkembangan kegiatan
wiraswasta, jajahan Inggris yang luas dan kaya akan sumber daya alam.
Efek budayanya
menyebar ke seluruh Eropa Barat dan Amerika
Utara, kemudian
memengaruhi seluruh dunia. Efek dari perubahan ini di masyarakat sangat besar dan seringkali
dibandingkan dengan revolusi kebudayaan pada masa Neolitikum ketika pertanian mulai dilakukan dan membentuk peradaban, menggantikan kehidupan nomadik.
Istilah
"Revolusi Industri" diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste Blanqui di pertengahan
abad ke-19.
A. Perkembangan dan pengaruh Revolusi Industri
Revolusi
Industri Adalah Perubahan besar, secara cepat, dan radikal yang mempengaruhi
kehidupan corak manusia sering disebut revolusi. Istilah revolusi biasanya
digunakan dalam melihat perubahan politik atau sistem pemerintahan. Namun,
Revolusi Industri di Inggris pada hakikakatnya adalah perubahan dalam cara
pembuatan barang-barang yang semula dikerjakan dengan tangan (tenaga manusia)
kemudian digantikan dengan tenaga mesin. Dengan demikian, barang-barang dapat
dihasilkan dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif singkat.
1. Sebab-sebab Timbulnya Revolusi Industri
Revolusi
Industri untuk kali pertamanya muncul di Inggris. Mengapa muncul di Inggris?
Banyak faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktornya yang menyebabkannya
adalah sebagai berikut.
- a. Situasi
politik yang stabil. Adanya Revolusi Glorius tahun 1688 yang mengharuskan
raja bersumpah setia kepada Bill of Right sehingga raja tunduk kepada
undang-undang dan hanya menarik pajak berdasarkan atas persejutuan
parlemen.
- b. Inggris
kaya bahan tambang, seperti batu bara, biji besi, timah, dan kaolin. Di
samping itu, wol juga yang sangat menunjang industri tekstil.
- c. Adanya
penemuan baru di bidang teknologi yang dapat mempermudah cara kerja dan
meningkatkan hasil produksi, misalnya alat-alat pemintal, mesin tenun,
mesin uap, dan sebagainya.
- d.
Kemakmuran Inggris akibat majunya pelayaran dan perdagangan sehingga dapat
menyediakan modal yang besar untuk bidang usaha. Di samping itu, di
Inggris juga tersedia bahan mentah yang cukup karena Inggris mempunyai
banyak daerah jajahan yang menghasilkan bahan mentah tersebut.
- e.
Pemerintah memberikan perlindungan hukum terhadap hasil-hasil penemuan
baru (hak paten) sehingga mendorong kegiatan penelitian ilmiah.
Lebih-lebih setelah dibentuknya lembaga ilmiah Royal Society for Improving
Natural Knowledge maka perkembangan teknologi dan industri bertambah maju.
- f. Arus
urbanisasi yang besar akibat Revolusi Agraria di pedesaan mendorong
pemerintah Inggris untuk membuka industri yang lebih banyak agar dapat
menampung mereka.
2. Tahap Perkembangan Industri
Pada akhir abad
Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai pusat kerajinan dan
perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis) yang merupakan warga berjiwa bebas
menjadi tulang punggung perekonomian kota. Mereka bersaing secara bebas untuk
kemajuan dalam perekonomian. Pertumbuhan kerajinan menjadi industri melalui
beberapa tahapan, seperti berikut.
- a.
Domestic System
Tahap ini dapat
disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industri). Para pekerja bekerja di
rumah masing-masing dengan alat yang mereka miliki sendiri. Bahkan, kerajinan
diperoleh dari pengusaha yang setelah selesai dikerjakan disetorkan kepadanya.
Upah diperoleh berdasarkan jumlah barang yang dikerjakan. Dengan cara kerja
yang demikian, majikan yang memiliki usaha hanya membayar tenaga kerja atas
dasar prestasi atau hasil. Para majikan tidak direpotkan soal tempat kerja dan
gaji.
- b.
Manufactur
Setelah
kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus untuk bekerja agar
majikan dapat mengawasi dengan baik cara mengerjakan dan mutu produksinya.
Sebuah manufactur (pabrik) dengan puluhan tenaga kerja didirikan dan biasanya
berada di bagian belakang rumah majikan. Rumah bagian tengah untuk tempat
tinggal dan bagian depan sebagai toko untuk menjual produknya. Hubungan majikan
dengan pekerja (buruh) lebih akrab karena tempat kerjanya jadi satu dan jumlah
buruhnya masih sedikit. Barang-barang yang dibuat kadang-kadang juga masih
berdasarkan pesanan.
- c. Factory
System
Tahap factory
system sudah merupakan industri yang menggunakan mesin. Tempatnya di daerah
industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di luar kota. Tempat
tersebut untuk untuk tempat kerja, sedangkan majikan tinggal di tempat lain.
Demikian juga toko tempat pemasaran hasil industri diadakah di tempat lain.
Jumlah tenaganya kerjanya (buruhnya) sudah puluhan, bahkan ratusan.
Barang-barang produksinya untuk dipasarkan.
3. Berbagai Jenis Penemuan
Adanya penemuan
teknologi baru, besar peranannya dalam proses industrialisasi sebab teknologi
baru dapat mempermudah dan mempercepat kerja industri, melipatgandakan hasil,
dan menghemat biaya. Penemuan-penemuan yang penting, antara lain sebagai
berikut.
- a.
Kumparan terbang (flying shuttle) cipataan John Kay (1733). Dengan alat
ini proses pemintalan dapat berjalan secara cepat.
- b. Mesin
pemintal benang (spinning jenny) ciptaan James Hargreves (1767) dan Richard
Arkwright (1769). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.
- c. Mesin
tenun (merupakan penyempurnaan dari kumparan terbang) ciptaan Edmund
Cartwight (1785). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.
- d.
Cottongin, alat pemisah biji kapas dari serabutnya cipataan Whitney
(1794). Dengan alat ini maka kebutuhan kapas bersih dalam jumlah yang
besar dapat tercukupi.
- e. Cap
selinder ciptaan Thomas Bell (1785). Dengan alat ini kain putih dapat
dilukisi pola kembang
200 kali lebih
cepat jika dibandingkan dengan pola cap balok dengan tenaga manusia.
- f. Mesin
uap, ciptaan James Watt (1769). Dari mesin uap ini dapat diciptakan
berbagai peralatan besar yang menakjubkan, seperti lokomotif ciptaan
Richard Trevethiek (1804) yang kemudian disempurnakan oleh George
Stepenson menjadi kereta api penumpang. Kapal perang yang digerakkan
dengan mesin uap diciptakan olehRobert Fulton (1814). Mesin uap merupakan
inti dari Revolusi Industri sehingga James Watt sering dianggap sebagai
Bapak Revolusi Industri I'. Penemuan-penemuan baru selanjutnya, semakin
lengkap dan menyempurnakan. Hal ini merupakan hasil Revolusi Industri II
dan III, seperti mobil, pesawat terbang, industri kimia dan sebagainya.
Selain itu,
Revolusi Industri merupakan masa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang menimbulkan penemuan-penemuan baru, seperti berikut :
- Tahun
1750 : Abraham Darby menggunakan batu bara (cokes) untuk melelehkan
besi untuk mendapatkan nilai besi yang lebih sempurna.
- Tahun
1802 : Symington menemukan kapal kincir.
- Tahun 1807 :
Robert Fulton membuat kapal api yang telah menggunakan baling-baling yang
dapat menggerakkan kapal. Kapal itu diberi nama Clermont yang mengarungi
Lautan Atlantik pertama kali. Kapal ini berangkat dari Paris dan berlabuh
di New York. Selanjutnya, Robert Fulton berhasil membuat kapal perang
pertama (1814) yang telah digerakkan oleh mesin uap.
- Tahun
1804 : Richard Trevethick membuat kereta uap.
- Tahun
1832 : Samuel Morse membuat telegraf.
- Tahun
1872 : Graham Bell membuat pesawat telepon.
- Tahun
1887 : Daimlermembuat mobil.
- Tahun
1903 : Wilbur Wright dan Orville Wright membuat pesawat terbang
4. Akibat Revolusi Industri
Revolusi
Industri mengubah Inggris menjadi negara industri yang maju dan modern. Di
Inggris muncul pusat-pusat industri, seperti Lancashire, Manchester, Liverpool,
dan Birmingham. Seperti halnya revolusi yang lain, Revolusi Industri juga
membawa akibat yang lebih luas dalam bidang ekonomi, sosial dan politik, baik
di negeri Inggris sendiri maupun di negara-negara lain.
A. Akibat Di Bidang Ekonomi
- 1) Barang
Melimpah dan Harga Murah
Revolusi
Industri telah menimbulkan usaha industri dan pabrik secara besar-besaran
dengan proses mekanisasi Dengan demikian, dalam waktu singkat dapat
menghasilkan barang-barang yang melimpah Produk barang menjadi berlipat ganda
sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang lebih luas Akibat pembuatan
barang menjadicepat,mudah, serta dalam jumlah yang banyak sehingga harga
menjadi lebih murah.
- 2)
Perusahaan Kecil Gulung Tikar
Dengan
penggunaan mesin-mesin maka biaya produksi menjadi relatif kecil sehingga harga
barang-barang pun relatif lebih murah. Hal ini membawa akibat perusahaan
tradisional terancam dan gulung tikar karena tidak mampu bersaing.
- 3)
Perdagangan makin Berkembang
Berkat
peralatan perhubungan yang modern, cepat dan murah, produksi lokal berubah
menjadi produksi internasional. Pelayaran dan perdagangan internasional makin
berkembang pesat.
- 4)
Transportasi makin Lancar
Adanya penemuan
di berbagai sarana dan prasarana transportasi makin sempurna dan lancar. Dengan
demikian, dinamika kehidupan masyarakat makin meningkat.
A. Akibat Di Bidang Ekonomi
- 1)
Berkembangnya Urbanisasi
Berkembangnya
industrialisasi telah menimbulkan kota-kota dan pusatpusat keramaian yang baru.
Oleh karena kota dengan kegiatan industrinya tampaknya menjanjikan kehidupan
yang lebih layak maka banyak petani desa pergi ke kota untuk mendapatkan
pekerjaan. Hal ini mengakibatkan kurang baiknya dalam usaha kegiatan pertanian.
- 2) Upah
Buruh Rendah
Akibat makin
meningkatnya arus urbanisasi ke kota-kota industri maka jumlah tenaga makin
melimpah. Sementara itu, pabrik-pabrik banyak yang menggunakan tenaga mesin.
Dengan demikian, upah tenaga kerja menjadi murah. Selain itu, jaminan sosial
pun kurang sehingga kehidupan mereka menjadi susah. Bahkan, para pengusaha
banyak memilih tenaga buruh wanita dan anak-anak yang upahnya lebih murah.
- 3)
Munculnya Golongan Pengusaha dan Golongan Buruh
Di dalam
kegiatan industrialisasi dikenal adanya kelompok pekerja (buruh) dan kelompok
pengusaha (majikan) yang memiliki industri atau pabrik. Dengan demikian, dalam
masyarakat timbul golongan baru, yakni golongan pengusaha (kaum kapitalis) yang
hidup penuh kemewahan dan golongan buruh yang hidup dalam kemiskinan.
- 4) Adanya
Kesenjangan antara Majikan dan Buruh
Dengan
munculnya golongan pengusaha yang hidup mewah dan satu pihak, sedangkan di
pihak lain adanya golongan buruh yang hidup menderita, menimbulkan kesenjangan
antara majikan dan buruh. Kondisi seperti ini, sering menimbulkan
ketegangan-ketegangan yang diikuti dengan pemogokan kerja untuk menuntut
perbaikan nasib. Hal ini menimbulkan kebencian terhadap sistem ekonomi
kapitalis, sehingga kaum buruh condong kepada paham sosialis.
- 5)
Munculnya Revolusi Sosial
Pada tahun
1820-an terjadi huru hara yang ditimbulkan oleh penduduk kota yang miskin
dengan didukung oleh kaum buruh. Gerakan sosial ini menuntut adanya perbaikan
nasib rakyat dan buruh. Akibatnya, pemerintah mengeluarkan undang-undang yang
menjamin perbaikan nasib kaum buruh dan orang miskin. Undang-undang tersebut,
antara lain sebagai berikut.
- 1) Tahun
1832 dikeluarkan Reform Bill atau Undang-Undang Pembaharuan Pemilihan.
Menurut undang-undangn ini, kaum buruh mendapatkan hak-hak perwakilan
dalam parlemen.
- 2) Tahun
1833 dikeluarkan Factory Act atau Undang-Undang Pabrik. Menurut
undang-undang ini, kaum buruh mendapatkan jaminan sosial. Di samping itu,
undang-undang juga berisi larangan pengunaan tenaga kerja kanak-kanak dan
wanita di daerah tambang di bawah tanah.
- 3) Tahun
1834 dikeluarkan Poor Law Act atau Undang-Undang Fakir Miskin. Oleh karena
itu, didirikan pusat-pusat penampungan dan perawatan para fakir miskin
sehingga tidak berkeliaran.
- 4) Makin
kuatnya sifat individualisme dan menipisnya rasa solidaritas. Dengan
adanya Revolusi Industri sifat individualitas makin kuat karena
terpengaruh oleh sistem ekonomi industri yang serba uang. Sebaliknya,
makin menipisnya rasa solidaritas dan kekeluargaan.
c. Akibat di Bidang Sosial
- 1)
Munculnya Gerakan Sosialis
Kaum buruh yang
diperlakukan tidak adil oleh kaum pengusaha mulai bergerak menyusun kekuatan
untuk memperbaiki nasib mereka. Mereka kemudian membentuk organisasi yang lazim
disebut gerakan sosialis. Gerakan sosialis dimotivasi oleh pemikiran Thomas
Marus yang menulis buku Otopia. Tokoh yang paling populer di dalam pemikiran
dan penggerak paham sosialis adalah Karl Marx dengan bukunya Das Kapital.
- 2)
Munculnya Partai Politik
Dalam upaya
memperjuangkan nasibnya maka kaum buruh terus menggalang persatuan. Apalagi
dengan makin kuatnya kedudukan kaum buruh di parlemen mendorong dibentuknya
suatu wadah perjuangan politik, yakni Labour Party (Partai Buruh). Partai ini
berhaluan sosialis. Di pihak pengusaha mengabungkan diri ke dalam Partai
Liberal.
- 3)
Munculnya Imperialisme Modern
Kaum
pengusaha/kapitalis umumnya mempunyai pengaruh yang kuat dalam pemerintahan
untuk melakukan imperialisme demi kelangsungan industrialisasinya. Dengan
demikian, lahirlah imperialisme modern, yaitu perluasan daerah-daerah sebagai
tempat pemasaran hasil industri, mencari bahan mentah, penanaman modal yang
surplus, dan tempat mendapatkan tenaga buruh yang murah. Dalam hal ini
Inggris-lah yang menjadi pelopornya.
B. Pengaruh Revolusi Industri terhadap Perubahan Sosial,
Ekonomi, dan Politik di Indonesia
Revolusi
Industri yang terjadi di Eropa dan di Inggris khususnya membawa dampak di
bidang sosial, ekonomi, dan politik. Di bidang sosial munculnya golongan buruh
yang hidup menderita dan berusaha berjuang untuk memperbaiki nasib. Gerakan
kaum buruh inilah yang kemudian melahirkan gerakan sosialis yang menjadi lawan
dari Kapitalis. Bahkan, kaum buruh akhirnya bersatu dalam suatu wadah
organisasi, yakni Partai Buruh. Di bidang ekonomi, perdagangan makin
berkembang. Perdagangan lokal berubah menjadi perdagangan regional dan
internasional. Sebaliknya, di bidang politik, Revolusi Industri melahirkan
imperialisme modern.
1. Perubahan di Bidang Politik
Sejak VOC
dibubarkan pada tahun 1799, Indonesia diserahkan kembali kepada pemerintahan
Kerajaan Belanda. Pindahnya kekuasaan pemerintahan dari VOC ke tangan
pemerintah Belanda tidak berarti dengan sendirinya membawa perbaikan.
Kemerosotan moral di kalangan para penguasa dan penderitaan penduduk jajahan
tidak berubah. Usaha perbaikan bagi penduduk tanah jajahan tidak dapat
dilaksanakan karena Negeri Belanda sendiri terseret dalam perang dengan
negara-negara besar tetangganya. Hal ini terjadi karena Negeri Belanda pada
waktu itu diperintah oleh pemerintah boneka dari Kemaharajaan Prancis di bawah
pimpinan Napoleon. Dalam situasi yang demikian, Inggris dapat memperluas daerah
kekuasaannya dengan merebut jajahan Belanda, Indonesia.
a. Hindia Belanda di Bawah Daendels (1808–1811)
Dalam usaha
mengadakan pembaharuan pemerintahan di tanah jajahan, di Negeri Belanda ada dua
golongan yang mengusulkannya.
- 1) Golongan
Konservatif dengan tokohnya Nenenberg yang menginginkan untuk
mempertahankan sistem politik dan ekonomi seperti yang dilakukan oleh VOC.
- 2)
Golongan Liberal dengan tokohnya Dirk van Hogendorp yang menghendaki agar
pemerintah Hindia Belanda menjalankan sistem pemerintahan langsung dan
menggunakan sistem pajak. Sistem penyerahan paksa yang dilakukan oleh VOC
agar digantikan dengan sistem penyerahan pajak.
Di satu pihak
pemerintah condong kepada pemikiran kaum Konservatif karena kebijaksanaannya
akan mendatangkan keuntungan yang cepat dan mudah dilaksanakan. Di pihak lain,
pemerintah juga ingin menjalankan pembaharuan yang dikemukakan oleh kaum
Liberal. Gagasan pembaharuan pemerintahan kolonial dimulai semenjak
pemerintahan Daendels. Sebagai gubernur jenderal pemerintahan Belanda di
Indonesia, Daendels banyak melakukan langkah-langkah baru dalam pemerintahan.
Daendels mengadakan perombakan pemerintahan secara radikal, yakni meletakkan
dasar-dasar pemerintahan menurut sistem Barat. Langkah- langkah tersebut, antara
lain:
- 1)
Pemerintahan kolonial di pusatkan di Batavia dan berada di tangan gubernur
jenderal.
- 2) Pulau
Jawa dibagi menjadi sembilan prefectur. Hal ini untuk mempermudah
administrasi pemerintahan.
- 3) Para
bupati dijadikan pegawai pemerintah Belanda di bawah pemerintahan prefect.
- 4)
Mengadakan pemberantasan korupsi dan penyelewengan dalam pungutan
(contingenten) dan kerja paksa.
- 5)
Kasultanan Banten dan Cirebon dijadikan daerah pemerintah Belanda yang
disebut pemerintah gubernemen.
- 6)
Berbagai upacara di istana Surakarta dan Yogyakarta disederhanakan.
Pada awal
pemerintahannya, Daendels menentang sistem kerja paksa dan merombak sistem
feodal. Akan tetapi, tugas untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan
Inggris menyebabkan Daendels terpaksa harus mengadakan penyerahan kerja paksa
secara besarbesaran (dengan menggunakan pengaruh penguasa pribumi) untuk
membangun jalanjalan dan benteng-benteng pertahanan. Demikian juga karena kas
negara kosong menyebabkan juga ditempuh cara-cara lama untuk mengisi kas negara.
Dengan demikian, kehidupan rakyat pribumi tetap menderita. Ketika akhirnya
Inggris menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali ke Eropa.
Penggantinya tidak mampu menahan serangan Inggris dan terpaksa menyerah. Dengan
demikian, Indonesia berada di bawah kekuasaan Inggris.
b. Masa Pemerintahan Raffles (1811–1816)
Setelah
Indonesia (khususnya Pulau Jawa) jatuh ke tangan Inggris, oleh pemerintah
Inggris dijadikan bagian dari jajahannya di India. Gubernur Jenderal East India
Company (EIC), Lord Minto yang berkedudukan di Calcuta (India) kemudian
mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur (wakil gubernur)
untuk Indonesia (Jawa). Raffles didampingi oleh suatu badan panasihat yang
disebut Advisory Council. Tugas yang utama adalah mengatur pemerintahan dan
meningkatkan perdagangan, serta keuangan. Sebagai seorang yang beraliran
liberal, Raffles menginginkan adanya perubahanperubahan dalam pemerintahan di
Indonesia (Jawa). Selain bidang pemerintahan, ia juga dilakukan perubahan di
bidang ekonomi. Ia hendak melaksanakan kebijaksaaan ekonomi yang didasarkan kepada
dasardasar kebebasan sesuai dengan ajaran liberal. Langkah-langkah yang diambil
oleh Raffles dalam bidang pemerintahan dan ekonomi adalah sebagai berikut.
- 1)
Mengadakan penggantian sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh
penguasa pribumi dengan sistem pemerintahan kolonial ala Barat. Untuk
memudahkan sistem administrasi pemerintahan, Pulau Jawa dibagi menjadi
delapan belas karesidenan.
- 2) Para
bupati dijadikan pegawai pemerintah sehingga mereka mendapat gaji dan
bukan lagi memiliki tanah dengan segala hasilnya. Dengan demikian, mereka
bukan lagi sebagai penguasa daerah, melainkan sebagai pegawai yang
menjalankan tugas atas perintah dari atasannya.
- 3)
Menghapus segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa atau rodi. Rakyat
diberi kebebasan untuk menanam tanaman yang dianggap menguntungkan.
- 4) Raffles
menganggap bahwa pemerintah kolonial adalah pemilik semua tanah yang ada
di daerah tanah jajahan. Oleh karena itu, Raffles menganggap para
penggarap sawah adalah penyewa tanah pemerintah.
Oleh karena itu,
para petani mempunyai kewajiban membayar sewa tanah kepada pemerintah. Sewa
tanah atau landrente ini harus diserahkan sebagai suatu pajak atas pemakaian
tanah pemerintah oleh penduduk. Sistem sewa tanah smacam itu oleh pemerintah
Inggris dijadikan pegangan dalam menjalankan kebijaksanaan ekonominya selama
berkuasa di Indonesia. Sistem ini kemudian juga diteruskan oleh pemerintah
Hindia Belanda setelah Indonesia diserahkan kembali kepada Belanda.
2. Perubahan di Bidang Sosial Ekonomi
Sejak awal abad
ke-19, pemerintah Belanda mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk membiayai
peperangan baik di Negeri Belanda sendiri (pemberontakan rakyat Belgia), maupun
di Indonesia (terutama perlawanan Diponegoro) sehingga Negeri Belanda harus
menanggung hutang yang sangat besar. Untuk menyelamatkan Negeri Belanda dari
bahaya kebrangkrutan maka Johanes van den Bosch diangkat sebagai gubernur
jenderal di Indonesia dengan tugas pokok menggali dana semaksimal mungkin untuk
mengisi kekosongan kas negara, membayar hutang, dan membiayai perang. Untuk
melaksanakan tugas berat itu, van den Bosch memusatkan kebijaksanaannya pada
peningkatan produksi tanaman ekspor. Untuka itu, yang perlu dilakukan ialah
mengerahkan tenaga rakyat tanah jajahan untuk melakukan penanaman tanaman yang
hasilhasilnya. dapat laku di pasaran dunia dan dilakukan dengan sistem paksa.
Setelah tiba di Indonesia (1830) van den Bosch menyusun program kerja sebagai
berikut.
- a. Sistem
sewa tanah dengan uang harus dihapus karena pemasukannya tidak banyak dan
pelaksanaannya sulit.
- b. Sistem
tanam bebas harus diganti dengan tanam wajib dengan jenis-jenis tanaman
yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
- c. Pajak
atas tanah harus dibayar dengan penyerahan sebagian dari hasil tanamannya
kepada pemerintah Belanda.
Apa yang
dilakukan oleh van den Bosch itulah yang kemudian dikenal dengan nama sistem
tanam paksa atau cultuur stelsel. Sistem tanam paksa yang diajukan oleh van den
Bosch pada dasarnya merupakan gabungan dari sistem tanam wajib ( VOC ) dan
sistem pajak tanah (Raffles ). Pelaksanaan sistem tanam paksa banyak menyimpang
dari aturan pokoknya dan cenderung untuk mengadakan eskploitasi agraris
semaksimal mungkin. Oleh karena itu, sistem tanam paksa menimbulkan akibat
sebagai berikut.
a. Akibat Tanam Paksa Bagi Indonesia (Khususnya Jawa)
- 1) Sawah
ladang menjadi terbengkelai karena diwajibkan kerja rodi yang
berkepanjangan sehingga penghasilan menurun drastis.
- 2) Beban
rakyat semakin berat karena harus menyerahkan sebagian tanah dan hasil
panennya, membayar pajak, mengikuti kerja rodi, dan menanggung risiko
apabila gagal panen.
- 3) Akibat
bermacam-macam beban menimbulkan tekanan fisik dan mental yang
berkepanjangan.
- 4)
Timbulnya bahaya kemiskinan yang makin berat.
- 5)
Timbulnya bahaya kelaparan dan wabah penyakit di mana-mana sehingga angka
kematian meningkat drastis.
Bahaya
kelaparan menimbulkan korban jiwa yang sangat mengerikan di daerah Cirebon
(1843), Demak (1849) dan Grobogan (1850). Kejadian ini mengakibatkan jumlah
penduduk menurun drastis. Penyakit busung lapar (hongorudim) juga berkembang di
mana-mana.
b. Akibat Tanam Paksa Bagi Belanda
Apabila sistem
tanam paksa telah menimbulkan malapetaka bagi bangsa Indonesia, sebaliknya bagi
bangsa Belanda berdampak sebagai berikut.
- 1)
Mendatangkan keuntungan dan kemakmuran rakyat Belanda.
- 2)
Hutang-hutang Belanda dapat terlunasi.
- 3)
Penerimaan pendapatan melebihi anggaran belanja.
- 4) Kas
Negeri Belanda yang semula kosong, dapat terpenuhi.
- 5)
Berhasil membangun Amsterdam menjadi kota pusat perdagangandunia.
- 6)
Perdagangan berkembang pesat.
Sistem tanam
paksa yang mengakibatkan kemelaratan bagi bangsa Indonesia, khusunya Jawa,
menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, seperti golongan pengusaha, Baron Van
Hoevel, dan Edward Douwes Dekker. Akibat adanya reaksi tersebut, pemerintah
Belanda secara berangsur-angsur menghapuskan sistem tanam paksa. Sesudah tahun
1850, kaum Liberal memperoleh kemenangan politik di Negeri Belanda. Mereka juga
ingin menerapkan asas-asas liberalisme di tanah jajahan. Dalam hal ini kaum
Liberal berpendapat bahwa pemerintah semestinya tidak ikut campur tangan dalam
masalah ekonomi, tugas ekonomi haruslah diserahkan kepada orang-orang swasta,
dan agar kaum swasta dapat menjalankan tugasnya maka harus diberi kebebasan
berusaha. Sesuai dengan tuntutan kaum Liberal maka pemerintah kolonial segera
memberikan peluang kepada usaha dan modal swasta untuk menanamkan modal mereka
dalam berbagai usaha di Indonesia, terutama perkebunan-pekebunan di Jawa dan di
luar Jawa. Selama periode tahun 1870–1900 Indonesia terbuka bagi modal swasta
Barat. Oleh karena itu masa ini sering disebut zaman Liberal. Selama masa ini
kaum swasta Barat membuka perkebunan-perkebunan seperti, kopi, teh, gula dan
kina yang cukup besar di Jawa dan Sumatera Timur. Selama zaman Liberal
(1870–1900), usaha-usaha perkebunan swasta Barat mengalami kemajuan pesat dan
mendatangkan keuntungan yang besar bagi pengusaha. Kekayaan alam Indonesia
mengalir ke Negeri Belanda. Akan tetapi, bagi penduduk pribumi, khususnya di
Jawa telah membawa kemerosotan kehidupan, dan kemunduran tingkat kesejahteraan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti berikut.
- 1) Adanya
pertumbuhan penduduk yang meningkat pada bad ke-19, sementara itu jumlah
produksi pertanian menurun.
- 2) Adanya
sistem tanam paksa dan kerja rodi yang banyak menimbulkan penyelewengan
dan penyalahgunaan dari pihak pengusaha sehingga membawa korban bagi
penduduk.
- 3) Dalam
mengurusi pemerintahan di daerah luar Jawa, pemerintah Belanda mengerahkan
beban keuangan dari daerah Jawa sehingga secara tidak langsung Jawa harus
menanggung beban keuangan.
- 4) Adanya
sistem perpajakan yang sangat memberatkan penduduk.
Adanya krisis
perkebunan pada tahun 1885 yang mengakibatkan perusahaan- perusahaan mengadakan
penghematan, seperti menekan uang sewa tanah dan upah kerja baik di pabrik
maupun perkebunan. Pada akhir abad ke-19 muncullah kritik-kritik tajam yang
ditujukan kepada pemerintah Hindia Belanda dan praktik liberalisme yang gagal
memperbaiki nasib kehidupan rakyat Indonesia. Para pengkritik itu menganjurkan untuk
memperbaiki rakyat Indonesia. Kebijaksanaan ini didasarkan atas anjuran Mr. C.
Th. van Deventer yang menuliskan buah pikirannya dalam majalah De Gids
(Perinstis/Pelopor) dengan judul Een Ereschuld (Berhutang Budi) sehingga
dikenal politik etis atau politik balas budi. Gagasan van Deventer terkenal
dengan nama Trilogi van Deventer