SIMPHONY KINCIR
Perpisahan tidak selalu berakhir
dengan luka dan putus asa. Yakinlah jika segala hal yang diawali dengan sesuatu yang baik, pasti
akan berakhir dengan baik. Berawal dari perkenalanku dengan seorang anak laki -
laki bernama Lian di sebuah taman kota. Anak ini seumuranku denganku.
“Hey,”
Sapa seorang anak laki-laki.
Aku hanya membalasnya dengan senyum simpul tanpa arti.
“Aku
Lian, boleh aku tahu namamu?” Tanyanya.
“ Aku
Rona “ jawabku singkat.
“Hey
Rona,bidadari yang baru saja jatuh di hadapanku” ujarnya.
Sekali lagi aku hanya membalasnya dengan senyuman, karena
aku belum kenal dengan anak ini. Tapi, sepertinya anak ini adalah anak yang
baik. Dari caranya berbicara tentu orang akan tahu bahwa, dia ini seseorang
yang berpendidikan.
Hari
ini kelasku kedatangan murid baru. Dari
wajahnya sendiri, Aku seperti menganalnya. Ooo… ternyata benar, dia ini Lian.
Anak yang kutemui di taman.
“Hey
Lian,” sapaku.
“Hey
juga,” jawabnya.
“ Kamu
Rona, sekolah di sini juga?” tanyanya.
“Ya
begitulah” jawabku.
Lian ini ternyata asli Palembang. Dia pindah ke Yogyakarta,
karena orang tuanya dipindah tugaskan ke daerah Merapi. Karena dia adalah murid
baru, maka Pak haris menyuruhku untuk mengajaknya bergabung dengan kelompok
belajar ku. Jadi, kami berkomunikasi
menggunakan Bahasa Indonesia. Alangkah indanhya jika, Negara ini kaya akan
bahasa. Iya bukan,?”
Target
pembuatan makalah ini adalah sebulan. Tema pendidikan yang di rencanakan,
mudah-mudahan akan segera dirampungkan. Bagaikan seorang journalist atau
wartawan. Makalah ini dibuat berdasarkan kenyataan. Dan dari hasil pengamatan
kami terbukti bahwa, pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Kesadaran
akan pentingnya pendidikan belum
tertanam dalam benak mereka. Hal inilah yang tentu saja akan berampak pada
pemanfaatan sumber daya alam. Sumber daya alam yang tidak bisa dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya, menjadikan Indonesia adalah Negara yang bergantung pada
barang - barang import. Sehingga lapangan pekerjaan yang bisa diciptakan
sedikit.dan hal inilah yang menjadi alasanutama, penyebab menjamurnya
pengangguran dimana-mana. Sayang bukan, jika emas harus tertimbun dengan
lumpur.
Minggu ini rencananya Panji akan
mengajak kami ke tempat warga desa yang masihterbelakang
di daerah Merapi. Karena waktu pembuatan makalah ini hanya tinggal seminggu
jadi Panji, Sang ketua menyuruh kami
untuk berbagi tugas. Panji menyuruhku agar satu regu dengan lian dan
gauma. Karena Lian sekarang tingggal di Merapi, mungkin kita bisa lebih leluasa
membuat makalah ini.
“Lian
kamu tahu sungai terdekat di sini?”
tanyaku.
“Untuk
apa sih ron?” gauma balik bertanya.
“Udah
lihat saja nanti!” jawabku.
“ Iya, aku tahu. Di desa ini ada sungai Opak. Tapi kita harus berhati-hati
akses menuju sungai itu sangat berrbahaya “ Gauma menjelaskan.
“Shiiip,”
jawabku.
Tak lama kemudian Aku, Lian dan, Gauma sampai di sungai
Opak, letaknya memang tak jauh dari rumah Lian. Tapi jalanan yang licin sering
kali menghambat perjalanan kami.
“Rona,
ini sungai opaknya”ujar Lian.
“Nah,
ron sekarang kita mau ngapain?” Tanya Gauma.
“jadi,
di sini kita akan berusaha memberdayakan warga di sini” jelasku.
“Caranya
gimana?” tanya Lian.
“gini,
di sungai ini kita akan merakit sebuah kincir. yang kemudian dari kincir ini
menghasilkan energi gerak, yang akhirnya akan kita rubah menjadi energi
listrik melalui generator, lalu kita alirkan
listrik-listrik ini pada warga yang membutuhkan” jelasku.
“emang
bisa?” Tanya Gauma tak yakin.
“Kemungkinan
keberhasilan kita sangat besar. Melihat arus sungai yang deras dan debit air yang
tinggi” jelasku seraya mengamati keadaan sungai.
Sebelum kami merakit kincir, kami harus konfirmasi pada
Panji terlebih dahulu, bagaimanapun juga, Panji adalah Sang ketua. Jadi, dia yangmemegang tanggung jawab terbesar atas apa yang akan
kami lakukan.
Persetujuan
Panji sudah dilayangkan, kepala desa sini juga sudah mengizinkan. Itu berarti
rencana kami membuat kincir akan segera dilaksanakan. Kali ini panji menyuruhku
untuk bertukar regu. Dia meminta agar Gauma dengannya, dan Echa denganku sampai
kincir selesai dibuat. Sebenarnya aku mengerti betul alasan mengapa kami harus
bertukar regu. Rasa pesimis pada diri Gauma tentu akan menghambat rencana ini.
Lain halnya dengan Echa meski kurang dalam kelas, tapi gadis berjilbab ini anak
yang pekerja keras.
“Ron, kita
mulai dari mana?” Tanya Panji
“Hemmb.
Kita pasang tali melintangi sungai untuk membantu pekerjaan ini” jawabku
“WOW!!!...
apa ini?” jerit Echa mengagetkan
“keren!”
aku meramaikan
“Ini,
seperti kode-kode rahasia yang sering di gunakan dalam agen rahasia pengintai
pada perang
dunia I, dan II, kode ini
adalah kode milik agen pengintai Ratu Elizabeth. Ujar Lian menjelaskan
“Aku belum
mengerti” ujar echa.
“Kemungkinan
besar kode ini dibuat pada saat Inggris berkuasa di Indonesia, pada masa kekuasaan Raffles” Lian kembali
menjelaskan.
“Sepertinya kita harus memberitahukan
hal ini pada ayahmu. Ayahmu kan bekerja dalam bidang ini” saranku.
“Kau betul ron” jawab Lian.
“Sementara biarlah aku, dan Echa yang
mengerjakan kincir ini”ujarku sembari melihat Echa
Aku dan Echa melanjutkan pembuatan kincir tanpa Lian. Sebenarnya
ini tidak perlu kita lakukan dalam penyusunan makalah. Tapi, Karena warga di
desa ini masih jarang yang mendapatkan aliran listrik hati kami jadi tergugah.
Dahulu Indonesia adalah macan. Macan yang mengaum menggelegar di Asia. Tapi,
sekarang semua itu tinggal cerita. Jika aku besar nanti, kan bangunkan sang
macan, kan ku bawa garuda tuk membentangkan sayap perkasanya, dan kan kubuktikan
bahwa Indonesia itu nyata.
Kincir angin
berhasil dibuat. Kami serahkan kewenangan atas kincir angin sepanuhnya pada
warga desa sini. Dan Panji pun senang
karena, justru dari kincir itu makalah berhasil diselesaikan. Jadi kami tinggal
menyiapkan diri untuk presentasi karena, ini adalah nilai untuk satu semester.
Tapi Lian, aku tak tahu apa yangterjadi pada anak ini karena penemuan kode rahasia itu dia jadi berubah.
“Lian, kamu kemarin kenapa tidak ikut memperbaiki kincir?” tanyaku
“aku sibuk, lagipula itu takkan berpengaruh pada makalah kita!”
jawabnya.
“kamu salah, berkat kincir itu makalah kita selesai” ujar Panji.
“ya sudah, sekarang kalian maunya apa?” Tanya Lian
“ eh, jangan nyolot dong. Kemarin kemana waktu kita nyusun makalah?”.
“ udah aku bilang aku sibuk” jawabLian.
“gak bisa gitu dong. Inikan tugas kelompok” Ujar Echa.
“ ya sudah tak apa-apa, Lian kamu bersiap saja untuk presentasi” ujar Panji.
Nampaknya
Echa dan, Gauma sudah sangat kesal dengan Lian. Sepertinya mereka merencanakan
sesuatu, dan sayangnya aku tak tahu apa itu. Siang ini Lian mengajak kami untuk
menyiapkan hal-hal untuk presentasi di rumahnya, dan mengunjungi kincir yang
kami buat.
“teman-teman,
kincir ini memang sangat bermanfaat ya!” ujar panji.
“betul, warga
di sini jadi terbantu.” Lian meramaikan.
Di sela-sela perbincangan kami, tiba-tiba Echa dan Gauma
menyenggol Lian hingga jatuh ke sungai. Karena sugainya tidak begitu dalam Lian
dapat bangkit lagi. Namun, karena arusnya lumayan deras kami membantunya.
Sayangnya, belum saja kami berhasil menolongnya generator kincirnya rusak.
Sehingga, aliran listrik yang ada di dalamnya tertumpah pada aliran sungai.
Lian yang ada di dekatnya menjadi korban setruman dan akhirnya tak sadarkan
diri. Kami membawanya pulang ke rumah dengan dibantu warga sekitar, karena Lian
tak kunjung sadarkan diri orangtuanya membawanya ke rumah sakit terdekat. Aku
yang sedari tadi membawa tasnya akhirnya memberanikan diri untuk membuka tasnya.
Aku melihat sebuah Flash Disk bewarna hitam. Karena, penasaran aku pun
mengambilnya.
Senja sudah
mulai menampakkan wajahnya. Namun, Lian masih terbaring lemah di ranjang rumah
sakit. Aku dan yang lain akhirnya
berpamitan dengan orang tua Lian untuk segera pulang. Sesampainya di rumah Aku
pun teringat dengan Flash Disk milik Lian. Tak ku sangka perubahan sikap Lian
selama ini karena tertekan. Karena penemuan itu, orang tua Lian jadi sibuk
terutama ayahnya. Lian merasa terabaikan dengan ambisi ayahnya untuk menjadi
sejarawan terkenal. Meskipun terlihat sabar dan penyayang ayah Lian orangnya
keras. Begitu pula ibunya dia berkeinginan untuk menjadikan Lian agar bisa
seperti dirinya, selalu berhasil dalam eksperimen-eksperimen yang menakutkan
meskipun Lian tak mau itu. Lian juga
telah menyelesaikan power point untuk presentasi. Jadi, anggapan teman-teman
selama ini salah. Sungguh ini adalah perbuatan dosa.
Keesokkan
harinya di sekolah Aku dan teman-teman mendapat kabar dari wali kelas kami
bahwa ,Lian telah meninggal. Lengkap sudah penyesalan kami kali ini. Terutama Echa dan Gauma. Aku pun
menjelaskan pada teman-teman tentang Lian. Kami pun menangis bersama , kami
merasa sangat kehilangan. Tapi, kita masih punya tugas. Karena di dokumennya
kemarin Ia ingin organ tubuhnya didonorkan kepada orang yang membutuhkan, bukan
untuk eksperimen menakutkan oleh Ibunya. Dan akhirnya Ibunya pun mau mengerti.
Tunai sudah tugas kami. Terima kasih Tuhan karena, kau telah mengirimkan ku
malaikat, kini sayapnya telah patah yang menjadikan Ia gugur dalam senyuman.
Seberkas cahaya akan mengiringinya wahai malaikat tak bersayap.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar